<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7109511\x26blogName\x3dmimimama+wawawa...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://mimimama.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://mimimama.blogspot.com/\x26vt\x3d-5074708033921183677', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

case study

ceritanya, awal tahun kemaren eko butuh duit tunai sebesar 13 juta (untuk kepentingan konsumtif). sebenernya eko punya simpenan emas batangan 100 gram (yg waktu itu nilainya juga kurang lebih 13 juta). tapi karena eko nggak pingin mencairkan batangan emasnya, dia milih cari pinjeman.

kemudian eko ketemu dewi yg punya duit nganggur 13 juta. setelah ngobrol2 n basa basi, akhirnya eko boleh pake duit 13 juta itu dulu, dg catatan batangan emasnya untuk sementara dipegang dewi.

dan seperti yg sudah disepakati, bulan agustus ini eko ngembalikan duit dewi 13 juta, n ngambil balik emasnya 100 gram. tapi ternyataaa... dewi nggak mau.

dewi:
emas yg kamu serahkan itu memang januari kemaren nilainya 130 ribu per gram. n aku ngasih kamu duit tunai 13 juta. that was a fair trade. tapi sekarang rupiah anjlok, harga emas naik, pergramnya jadi sekitar 155 ribu. kalo kamu mau ambil lagi emas itu, aku minta duit tunai 15.5 juta. masuk akal kan?

eko:
lho waktu itu kan emas sebagai jaminan, bukan emas sebagai obyek dagang?

---------

di situasi seperti ini, apa eko berhak membeli balik emasnya dg harga 130 ribu per gram? kalo diperbolehkan beli dg harga segitu, eko nggak belajar sisi negatif n segala resiko hutang konsumtif, n mungkin habit ngutangnya bisa kambuh lagi besok. selain itu kan dewi juga terhitung rugi, selama 8 bulan masa pinjaman dewi nggak bisa menikmati kekayaannya, dewi juga nggak bisa mengembangkan asetnya untuk modal bisnis ato ditanam di instrumen investasi. tapi kalo dewi tetep ngotot minta harga 155 ribu per gram emas, artinya hubungan pertemanan dia dg eko dijamin ancur.

di kasus ini dewi mungkin punya niat mulia mendidik eko tentang positif negatifnya hutang piutang. tapi bisa jadi juga dewi sengaja main akal akalan licik buat nambah kekayaan dg cara gampang. nggak ada yg tau kecuali dewi sendiri.

jadi, enaknya gimana? ada masukan?

Labels:

“case study”

  1. Blogger Eddy Fahmi Says:

    eko n dewi sama2 ndak paham hedging itu apa, istilah yg sophisticated sekali hehehe. kesepakatan hutang piutang ini sederhana aja kok, pakai cara awam. tapi iya, si dewi kayaknya tau sesuatu tentang "biaya lain" seperti yg sampeyan sebut diatas. makanya dia minta harga 155.

  2. Anonymous Anonymous Says:

    Tergantung ijab kabul serah terima duit dan emas toh.

    Kalo wilayah perkawanan, ya 13juta dan 100gram.

    Kalo wilayah bisnis, ya 15.5juta.
    (Logika yang sama, saat saya naruh emas di Pegadaian)

    Ini juga menguatkan satu hal : Perkawanan dan bisnis gak mungkin kawin. Di bisnis, satu-satunya kawan adalah kepentingan. Kalo kita punya sama kepentingan, maka kita keluarga.

    Tapi sebaliknya, saya bisa bunuh kamu, and it's purely business.

    (iyo aku ngerti, aku kakaen ndelok Godfather :D )

  3. Anonymous Anonymous Says:

    podo om kere aku, mergo ra mudeng :)

  4. Anonymous Anonymous Says:

    hebat siapa sih si dewi itu , pengen kenalan :)

    mau tahu cara jitu : suruh eko kawinin si dewi , kan masa suami istri masih peritungan ?

  5. Anonymous Anonymous Says:

    (respon dari RHM via email)

    emm.... yang salah sebenarnya dewi.. kalo memang itu surat jual - beli pasti ada surat perjanjian jual beli donk.... kalo dewi selama 8 bulan ndak bisa.... menikmati kekayaannya... itu resiko dia sendiri... kalo emang dewi... niat dagang yah harus dijelaskan didepan di eko... kalo eko sampe belum mengerti... maksud dewi ... yah dewi seharuskan menjelaskan perjanjian resminya gimana.... kalo eko ndak.... jelas yang harus dijelaskan sejelasnya nya.. kalau dewi masih maksa... dengan pembayaran segitu... yah makan aja duit haram itu....

    Note:
    Perjanjian dagang harus dimengerti dan disetujui kedua belah pihak. Dengan mencantumkan persyaratan perdagangan di surta perjanjian... kalo ndak seperti itu namanya rentenir, maling, tempik nyenyek, ngguatel' i, dancok, asu, dan kata2 kotor lainnya.....

  6. Anonymous Anonymous Says:

    (respon dari NRL via email)

    imo, tergantung kesepakatan di awal transaksi,
    yi. terms & condition-nya.
    kalo memang sebagai jaminan saja,
    dewi gak bisa dong minta duit tunai 15.5 jeti,
    karena sejak awal tidak ada kesepakatan masalah ini,
    juga tidak ada pemberian jasa (katakanlah bunga) pinjaman.

    niat dewi menurutku memang terkesan mulia,
    memberi pelajaran, tetapi juga ingin mengambil untung;
    kecuali diawal transaksi emang ada kesepakatan masalah
    naik turun nilai jual emas, jadi dewi bisa mengambil haknya
    yang telah disepakati bersama.
    so far gak ada kan kesepakatan itu?

    pilihan ada pada mereka masing2,
    jika dewi memaksa meminta pengembalian lebih,
    ya wajar kalo persahabatan menjadi taruhannya.
    apa bedanya pinjam ke teman sama di bank atau lembaga keuangan lain?

    buat eko, jangan suka ngutang donk kalo bener2 gak kepepet, hehehe... ;)

  7. Anonymous Anonymous Says:

    (respon dari NVT via email)

    Eko berhak ngambil emas batangannya kalo eko bayar hutangnya ontime sesuai waktu yang disepakati bersama

    kemungkinan dari perilaku dewi :
    1. Dewi fair : kalo sesuai perjanjian uang 13 jt bakal dibalikin ontime, maka emang wajib hukumnya emas itu dibalikin ke eko dan gak ada embel2x harga emas naik, rugi karena uangnya gak berkembang (gak ada bunga pinjaman)

    2. Dewi licik kalo : kalo dewi gak mau ngembalikan emas batangan eko (pada waktu yg ditentukan) karena harga emas yg dewi pegang lebih dari uang yg eko pinjam dan minta eko balikin uangnya senilai 15,5 jt.

    Jelas licik karena :
    1. pada awal perjanjian emas eko hanya sebagai jaminan dan berarti bukan hak milik dewi selama jangka waktu yang ditentukan untuk pengembalian hutang eko. beda lagi kalo si eko tidak mengembalikan uangnya ontime, berarti emas itu jadi hak milik dewi walopun telat bayarnya cuma sehari.
    2. awal perjanjian tidak ada kesepakatan pembayaran bunga pinjaman, ini kurangnya dewi
    3. dewi plin plan, awalnya hanya meminjamkan uang tsb tanpa bunga, setelah tau nilai emas naik dia tiba2x berpikir investasi, rugi karena uangnya tidak berkembang lah. kalo mau niat investasi dari awal dewi harus menetapkan bunga pinjamannya, sehingga bargaining positionnya seimbang.

    jangan2x pas awal perjanjian si dewi terpesona ma eko kali sampe lupa nyampein besarnya bunga pinjaman...heheheh
    kalo didasarkan 'hubungan teman' berarti gak bisa di campur adukkan ma bisnis

    setahuku yang namanya bisnis ga ada yang namanya niat mulia mendidik peng-hutang, kaya ilustrasi dewi.
    selama yang ngasih hutang dapat keuntungan (baca:bunga) dia gak bakal menyetop kucuran dana hutangnya (kaya nasib indonesia nih hihih)
    ada uang ada barang, gak ada uang ada bunga heheheh.....

    segitu dulu deh masukan, kali aja ada hukum hutang piutang yang lain :D

  8. Anonymous Anonymous Says:

    gimana klo sebaiknya eko gak perlu menukar emasnya sebagai jaminan atau setidaknya harus ada hitam diatas putih, walaupun kawan klo tentang duit gak bisa disepelekan

  9. Blogger Linda Says:

    kalo menurut yg pernah aku denger dari seorang ustadz, dijelaskan kalo ada kasus spt di atas memang kita harus mengganti sesuai dengan harga emas yg berlaku saat kita akan menebus emas tsb walau kesepakatannya cuma tuker barang sementara.

  10. Blogger Goiq Says:

    gw setuju ama gita. yang namanya barang yang berbentuk duit/komersil itu sensitif abis mi.sodara aja bisa jadi musuh gara gara duit... makanya semua harus jelas di awal-awal. harus ada hitam di atas putih. jadi semua sama sama senang.

  11. Blogger Johanamay Says:

    hehehehehe....yang jelas initinya.Jangan mengadakan pinjem transaksi pinjam meminjam dengan perempuan mata duitan.hahaha*ngaco*

    Anywah fahmi...kenapa ga pake SB?

  12. Anonymous Anonymous Says:

    kill dewi, take the gold, keep the money.

  13. Anonymous Anonymous Says:

    boleh urun rembug ya..kayanya dua2nya salah krn di awal gak ada akad..jadinya kalo satu pihak mempermasalahkan soal present-future value dari duit yg pinjem or emas yg diagunkan..sudah bisa ditebak..pasti rame..yo salahe dewe :)

    btw posting studi kasus kaya gitu buat apa ya??

    salam kenal ya mi!

    jellyjuice.blogspot.com

  14. Anonymous Anonymous Says:

    harusnya si eko kawin aja ama si dewi.. :D

  15. Blogger Eddy Fahmi Says:

    wow wow... banyak yg komen, serius2 pula. makasih makasih makasih :)

  16. Anonymous Anonymous Says:

    perjanjian awalnya gimana? balik 13 juta dengan 100 gram juga ato ada bunga?

    Biarpun secara lisan ato tertulis, janji adalah janji, kalo situ ingkar saya akan rebut dengan cara apapun.

  17. Anonymous Anonymous Says:

    menurut kiyosaki, emas adalah liabilitas (pengeluaran), walau dalam banyak tulisannya, ia menyebutkan emas sebagai investasi. why? karena selama itu emas tidak dijual, maka tidak ada passive income ke pemiliknya. let say emas di jadikan jaminan pinjaman. mustinya yang jadi patokan perhitungan bunga adalah bunga uangnya itu, bukan fluktuasi harga emas nya. kesalahan si pemberi pinjaman uang (yang menahan emas itu) adalah, tidak menjabarkan berapa persen bunga pinjaman cash yg di berikannya. jadi kalo skarang ia meributkan harga emas nya dulu dan skarang, itu tidak relevan / tidak nyambung. kedua belah pihak salah!!! solusinya, harus di rundingkan lagi besaran bunga pinjaman cash yg lupa di bahas dahulu itu. lalu si pemilik emas harus bayar sesuai kesepakatan. baru emas yg di jaminkan bisa di pulangkan. logikanya, jika yang dijaminkan bukan emas, tapi barang yg menyusut nilainya seperti sepeda motor misalnya, apakah si pemberi dana akan meributkan selisih harga motor dulu dan skarang? tidak khan? malah rugi dia, karena kalo benar2x di terapkan, justru di pemberi cash akan menerima uang pokok lebih sedikit dari yang di pinjamkan. intinya, nilai penjaminan tidak bisa di jadikan patokan besaran bunga,tapi bunga dari cash itu sendirilah yg musti di definisikan dulu sebelum pinjaman terjadi. karena yg bersangkutan ceweq, mendingan di rundingkan baek baek deh secara damai, di rayu rayu dikit, pasti luluh dia. kalo tetap bertahan, yah terpaksa pakai pengacara, dan menerim resiko penyusutan karena di potong komisi buat pengacara, tapi yah lebih baik gitu daripada gak dapat apa apa.