<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7109511\x26blogName\x3dmimimama+wawawa...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://mimimama.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://mimimama.blogspot.com/\x26vt\x3d-5074708033921183677', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

sport nggak sportif

...Sesuai dengan regulasi Kejurnas Balap Mobil GT Car Championship, setiap pembalap yang menduduki podium akan mendapatkan beban tambahan pada mobilnya pada seri berikutnya. Juara akan mendapatkan tambahan beban 60 kg, runner-up mendapatkan tambahan 50 kg, sementara posisi ketiga mendapatkan tambahan beban 40 kg...

berita lengkapnya bisa dibaca di jawapos hari ini.

menyedihkan. ini regulasi balap paling konyol dalam sejarah otomotif dunia, membodo2kan kompetisi dan praktisi balap nasional. masuk akal nggak? mobil juara kok dikasih beban? kalo misalnya dalam race itu rally marina terbukti berbuat curang lalu di seri berikutnya kena penalti ballast 60 kilo itu masuk akal (walopun masih debatable). tapi ini kan situasinya rally marina menang, berprestasi. wajarnya ya dia dapet reward/penghargaan untuk hasil kerjanya itu, bukan beban.

kenapa mobil juara mesti nanggung beban di race berikutnya?

Regulasi itu dilakukan agar persaingan lebih merata.

agar persaingan lebih merata? lebih merata dari moskow? yg sama rata sama rasa itu ajarannya komunis. sependek yg saya tau republik indonesia ini bukan negara komunis. dan kerjunas balap mobil gt car championship itu kompetisi balap resmi di republik indonesia.

hehe ternyata memang situasi di dalam negeri sendiri ruwet. jadi nggak heran kalo ada yg diberi tanggung jawab berkompetisi di luar terus terkaget2 dg budaya di luar. akibatnya muncul komentar lucu2... iya, anu, saya nggak bisa banyak menunjukkan prestasi di arena a1gp soalnya mekanik saya nggak becus, mobil saya setelannya nggak asik, bannya kempes, kokpitnya sempit, anu saya gatel.

semoga langit tidak runtuh menimpa kepala kita, demi toutatis!

Labels: ,

“sport nggak sportif”

  1. Anonymous Anonymous Says:

    Pertanyaan selanjutnya, kalo si juara 1 naik podium lagi, trus dapet beban lagi, apa prakteknya tetap sama?

    Aneh bin ajaib memang pembina sport di sini, Mi. Btw, soal balap di Sentul kemaren itu, sepi banget.

    Lagian yang balap bukan atlit sih, tapi orang-orang kaya kelebihan duit yang punya hobi ngebut.

  2. Anonymous Anonymous Says:

    Sebenarnya regulasi tersebut bukan hanya di Indonesia, seinget saya di kejuaraan British Touring Car juga ada regulasi seperti itu.

  3. Anonymous Anonymous Says:

    [hedi]:
    ngebut itu keren..
    lum tau rasanya ya.. sini aku ajain ngebuts ..heueueu :p


    [mimi]:
    balaapan koq dikasi beban berat ..*ga ngerti aku*

    fyi: dah 1jam aku menunggu load komen di blog mu baru berhasil :((

  4. Anonymous Anonymous Says:

    bahkan saya yg buta tttg balapan, pun....bias melihat betapa konyolnya hal ini.

    aneh.
    demi toutatis!!

    *ngikutin mimih*

  5. Blogger andri Says:

    regulasi yang aneh, bukannya pembedaan kelas master dan kadet itu sudah merupakan cara pemerataan ? regulasi yang aneh, ckckckcckck

  6. Anonymous Anonymous Says:

    bener2 aneh ya. bukannya dapet reward malah dapat tambahan beban.
    pemerataan mungkin maksudnya biar semua bisa ngerasain yg namanya juara :D

  7. Blogger Nieke,, Says:

    waaaa...
    acara balap2 yak..?
    unfortunately saya bukan salah satu penonton setianya..
    jadi agak gak mudheng..
    hehehe xD

    btw, nonton kompetisi begini harus banyak bersabar ya mas..
    sama seperti saya yg selalu ngedumel tiap kali nonton World Cup..
    huff.. -_-!

  8. Anonymous Anonymous Says:

    Sori ya, tapi menurut gue kalian terlalu naif mengambil kesimpulan bahwa penalti bobot itu jelek. Gue adalah atlit balap, dan sedikit banyak mengerti kenapa penalti bobot diberlakukan.

    Dalam balap turing, mobil yang dipake tiap kompetitor berbeda teknologi. Kalau tidak ada penalti bobot, maka semua orang cenderung memakai 1 jenis mobil yang teknologinya paling bagus. Siapa juga yang doyan nonton balap mobil yang isinya 1 merek doang?? Itu mah mending one make race aja.

    Dan setahu gue, penalti maksimum cuma 60 kg...Jadi kalo menang lagi gak ditambahin.

    Oh ya, selain Indonesia, semua balap turing di dunia memakai sistem ini (BTCC, WTCC, DTM, JGTC, dll) dan terbukti membuat seru dan ramai kompetisi. Toh balap tidak cuma 1-2 seri per tahun, tapi bisa lebih dari 5. Jadi di seri kedua saja pembalap yang jago sudah kena penalti yang sama.

    Pertanyaan yang sama:

    Kenapa atlit yang menang di Golf dan bowling juga mendapatkan handicap?

    Balap yang tidak memakai penalti bobot adalah balap 1 merek (one make race) dan formula. Kenapa? Karena mobil yang digunakan memiliki teknologi setara.

    Dan dari 38 pembalap GT Car, gue berani bilang kalau 100% dari mereka mendukung penalti bobot. Karena dengan begitulah balap turing menjadi semarak dengan beragam merek mobil dan menjadi tontonan menarik. Tidak ada satupun pembalap yang merasa dirugikan regulasi ini, karena memang berlaku ke semua. Toh yang menang di akhir tahun tetaplah yang terbaik dan mampu mengatasi kelebihan bobot ini.

    Untuk HEDI : Tidak benar kalau balap sekarang hanya kumpulan orang-orang kaya kebanyakan duit. Mereka adalah orang yang sangat bertalenta dalam hal mengemudi. Dan 90 % pembalap turing dibiayai oleh sponsor, bukan dari kantong pribadi. Justru mereka menjadi kaya karena hadiah dan uang sponsor yang didapat.

    Cheers...no offense ya...just giving the opposite opinion :)

  9. Blogger Manda La Mendol Says:

    *Wuahh..kagum ama penjelasan mas speed lover ..eh jangan-jangan dia Ananda Mikola !!! mi..blogmu dibaca Ananda Mikolaaaa......

  10. Anonymous Anonymous Says:

    Hehehe...gue bukan Ananda Mikola, dan menurut gue Ananda bukanlah yang paling pantas mewakili Indonesia di A1 saat ini..

  11. Anonymous Anonymous Says:

    hello speed lover, siapapun kamu yg nggak berani nyebut nama aslimu.

    thx banget informasi dan koreksinya. memang bener balapan DTM di jerman pake penalti ballast macem gini. sama juga dg yg di jepang, inggris, dsb... dan bener juga bahwa masing2 mobil yg dipake balap turing bisa jadi beda teknologi. tapi saya tetep dg pendirian saya bahwa regulasi ballast ini regulasi konyol, nggak fair. kalopun regulasi turing di negara lain juga pake ballast saya tetep berpendapat regulasi itu konyol. kalopun FIA mewajibkan segala balap turing harus pake ballast, saya bilang FIA konyol haha. ini opini saya. kalo kamu berpendapat one make race nggak seru ya nggak masalah, itu opinimu hehe... dialognya nggak perlu dilanjutkan jadi debat, nanti bisa panjang lebar nggak abis2 :p saya bisa ngotot rawon itu makanan paling enak, padahal orang lain berpendapat soto yg lebih enak. apakah saya naif? kemungkinan memang gitu hehe... mungkin sama naifnya dg copernicus dan galileo yg pernah menentang/menantang teori ptolemy dan aristotle bahwa bumi adalah pusat tata surya. bahkan galileo pernah dianggap sesat oleh gereja roma.

    nggak pa pa, makasih atas opposite opinionnya :)

  12. Anonymous Anonymous Says:

    Sip...perbedaan pendapat itu sangat sehat kok. Saya cuma merasa harus memberi sudut pandang berbeda sebagai pelaku balap di kelas GT Car dan one make race juga.

    Oh ya, BTW, nama saya Fitra. Salam kenal buat semuanya.

  13. Blogger ipink Says:

    Btw speed lovers mas Fitra Eri ya, cheers. Ajarin saya balap di sentul dong...
    Kalo balapan yang menang itu2 aja, pemula g ada yang mau ikutan. Kalo yang menang cuma yang bisa beli teknologi nanti yang pemula kabur semua trus pilih balap di jalanan. Dengan regulasi bobot balapan jadi rame, grid penuh. Ini terbukti solusi masalah balapan sepi di BTCC, DTM sm WTCC. Kalo g percaya di flashback aja, nonton semua preview balapan dari tahun 1990 an sampai sekarang. BTCC tahun 2000 sepi sampai penalti bobot diperkenalkan, tahun 2001 sampai sekarang ramai lagi. Karena teknologi mobil diturunin dan ada penalti bobot untuk juara. Kebanyakan tim privater bukan pabrikan.
    Dengan penalti bobot mobil yang teknologi pas-pas an bisa menang ato paling nggak, gak ketinggalan jauh di seri2 berikutnya. Dan kalo mobil yang bobotnya paling berat menang podium berarti paling tidak drivernya memang jago, kan spek modif mesinnya sama, beda di suspensi untuk GT car.
    Kalo mau adu teknologi main di F1 ato LeMans aja, tapi biayanya 100 kali lipat kampanye presiden. Mau?

    Buat kasi tau, mas Fitra ini wartawan, dia balap didukung sponsor. Bukan anak presiden ato Juragan minyak lho. Prestatsinya juga lumayan, bisa ngalahin anak2 pengusaha ato anak pejabat hehehe.

    Btw gw cm mahasiswa yang masih berjuang bisa balap mobil hiks..