<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7109511\x26blogName\x3dmimimama+wawawa...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://mimimama.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://mimimama.blogspot.com/\x26vt\x3d-5074708033921183677', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

jum'atan

(sebelumnya, mohon maaf dulu, posting ini mungkin sensitif, mungkin banyak yg tersinggung)

kalian laki2 surabaya biasa sholat jumat dimana? rata2 sih njawab ya di mesjid langgangan situ (cari yg deket kantor/kampus/rumah/kos), trus ndengerin khotbah sambil ngantuk2, jadi nggak jelas sang khatib ngomong apa. heheee nggak seberapa bagus ya? tapi memang seperti itu kenyataannya.

beberapa kali saya coba keliling ngincipi macem2 masjid di surabaya. hasilnya: sejauh ini masih masjid manarul ilmi di dalem kampus ITS yg favorit. kenapa? karena tiap kali jumatan disono selalu dapet khatib yg intelek. sering kali khatib di masjid manarul ilmi ini nggak sekedar bergelar kyai haji, tapi juga insinyur, master, bahkan profesor doktor. cara ngomong mereka jauh beda dg alim ulama "old fashioned" produksi pesantren (maaf).

jaman dulu, tiap kali jumatan kita mesti dapet materi khotbah yg begitu2 aja, tingkatkan takwa, jaga diri dari perbuatan munkar, perbanyak amal sholeh, bla bla blah... selalu mengingatkan ajaran2 yg sudah jaman SD dulu. nggak ada yg salah dg materi khotbah macem gitu, memang yg namanya manusia sering khilaf, butuh terus diingatkan. tapi kalo bertahan seperti itu aja, kapan bisa belajar sesuatu yg baru?

di manarul ilmi karena yg ngomong ilmuwan, beberapa kali saya denger pemikiran2 baru, pertanyaan2 kritis yg menarik bin cihuy. coba perhatikan beberapa pertanyaan lugu ini: kita diperintahkan ber-wudhu dg air supaya bersih dari hadast. tapi kenapa kalo nggak ada air justru ber-tayamum pake debu? apa nggak tambah kotor? katanya ajaran islam itu mempermudah, bukan mempersulit. lha kalo gitu, kalo pas nggak ada air kenapa nggak boleh nggak usah wudhu aja sekalian? toh yg penting niatnya sudah baik. ini mungkin pertanyaan dari anak kecil yg spontan aja keluar waktu liat ayahnya ber-wudhu. tapi mungkin sang ayah nggak bisa dg gampang ngasih jawaban.

terus terang, kalo pertanyaan macem gini ditanyakan ke kyai kolot justru si penanya bisa dibungkam, jangan tanya macem2 yg aneh2. ketentuan agama sudah seperti itu, jangan dipertanyakan, laksanakan. pokok'e taklid ae opo jare pak kyai...

contoh kasus lain, orang islam diperintahkan membayar zakat. berapa besarnya zakat itu? pak kyai bilang 2.5% dari pendapatan. tapi kemudian coba tanyakan lebih lanjut, kenapa 2.5% pak kyai? kenapa nggak 3%, 5% ato 10%? dapet angka 2.5% itu dari formula apa? hmmm...

siang tadi, sekali lagi saya jumatan di masjid manarul ilmi, dapat bahan pikiran baru lagi. kalian pernah denger kan kalimat ini: allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendiri yg mengubahnya. nah, kalo si kaum harus bersusah payah mengubah nasibnya sendiri, lalu apa peran tuhan? tuhan nganggur? buat apa si kaum berdoa? ya, tentu saja sang khatib siang tadi punya jawabannya. tapi karena forum khotbah jumat cuman sebentar n cuman satu arah, terus terang kurang memuaskan. seandainya ada kesempatan dialog dg pak khatib mestinya bakal bagus, orang awam macem saya ini perlu banyak pencerahan.

keliling surabaya. kalo mau liat masjid yg gede megah, boleh coba sholat masjid al-akbar, cocok dg namanya. kalo mau blusuk'an masuk kampung arab n belajar sejarah wali songo, boleh ke masjid ampel. kalo mau liat yg unik ada masjid cheng ho. n ada juga yg menarik: masjid al-muhajirin khotbah jumatnya nggak segera dimulai setelah selesai adzan, tapi nunggu pak walikota hadir dulu. yg ternyata sudah disiapkan tempat di shaf pertama. hahahaaa... lucu! anyway, masjid di dalem kampus B unair juga kadang2 pake khatib intelek, tapi masih lebih sering ITS kayaknya.

eh tapi ya nggak janji lho jumat depan kalian sholat disono terus berharap bakal dapet khotbah ilmiah lagi. jangan kemudian kecewa kalo pas dapet khatib konvensional. lebih jelasnya konfirmasikan aja jadwal khatib jumatan ke takmir masjid :)

(moga2 nggak ada yg marah n tersinggung karena tulisan ini)

Labels: ,

“jum'atan”

  1. Anonymous Anonymous Says:

    gak kene maksute aku.. susah narik kesimpulane :p masjid, jumatan, khatib konvensional, intelek, tersinggung, nasib suatu kaum, banyak masjid..
    ????

    anyway, gak tersungging kan?! :)

  2. Blogger Eddy Fahmi Says:

    lha aku dewe ae yo bingung... :p

  3. Anonymous Anonymous Says:

    Aku ngono nek ga jelas ngomong opo kutbah'e tak tinggal turu ataw tuku risoles.. hihi.


    Anyway, Well said.
    Amen, brother :)

  4. Blogger unai Says:

    Wah rung tau Jum'atan jhe...
    Lha aku kok gak mudeng...hehe..
    sing penting komen lah...
    Have a nice weekend

  5. Anonymous Anonymous Says:

    bagus juga cari2 perbandingan dan niat belajar.
    Sip!

  6. Anonymous Anonymous Says:

    Maaf, kalo saya boleh nambahi sebenarnya inti dari khutbah jumat adalah mengingatkan taqwa itu sendiri. Mengapa selalu diingatkan? Karena kita sering lupa. Sedang, cara meramunya pesan taqwa itu boleh dari berbagai aspek. Taqwa itu kan penjabarannya banyak, jadi tidak melulu 'mengerjakan perintah dan menjauhi larangan' saja.

    Idealnya, seorang khatib harus berwawasan luas dan mengerti perkembangan dunia sekitar. Minimal, apa yang dibicarakan harus sesuai tema yang sedang berlangsung di masyarakat. Misal waktu ramadan tema yang diangkat adalah seputar ramadan. Nah, umumnya yang selalu ngikutin berita adalah para profesor dan orang-orang intelek itu. Tema-tema ramadan misalnya, mereka mampu mengolahnya hingga pada aspek-aspek yagn orang awam tidak memikirkannya.

    Agak beda kalo saya membandingkan khutbah-khutbah di desa tempat saya tinggal. Di sana umumnya khutbah sangat sederhana dan jauh dari masalah-masalah sekitar.

    Saya selalu antusias jika jumatan di masjid-masjid kota. Kenapa? karena umumnya khatib minimal pernah mengenyam pendidikan tinggi sehingga apa yang dibicarakan enak didengar. Namun, lama-kelamaan, akhirnya menjadi sama saja. Karena kurang variasi.

    Btw, kalo Anda tahu, saya ingin nanya: di masjid besar itu khatibnya kontrak ya? Saya dengar-dengar masjid-masjid gede suka nyewa kiai top. Maka dari itu tak heran jika khutbahnya enak, karena ada sokongannya :D (Pertanyaan ini tidak usah dijawab, hanya selingan aja)

  7. Blogger Eddy Fahmi Says:

    whaaa... dikomentari cak imponk :D heheee komen macem gini ini lho yg tak tunggu tunggu, makasih makasih :D

  8. Anonymous Anonymous Says:

    masjid2 gede dan pengajian2 "elit" (saya tau yg terakhir doang)- emang kayaknya pake ustad/kyai kontrakan ya..., tapi ga masalah, yg penting khotbahnya menarik dan bisa mengubah pikiran yg mendengarkan..

  9. Blogger Slam Says:

    Memang beda orang yang gak tau dengan orang yang tau. Orang yang berilmu (cendikiawan) dengan orang yang awam. Tetapi sebenarnya orang yang berilmu adalah orang yang takut (taqwa) kepada Allah. Jadi jangan membuat suatu kesimpulan bahwa orang yang cerdas (cendikiawan) lebih mulia daripada kyai/ustadz yang ada di kampung-kampung.

  10. Anonymous Anonymous Says:

    jadi intinya, kalau bisa, carilah khotbah yang paling cocok dengan diri masing2. TErutama yang meningkatkan takwa kita gitu tho?

  11. Anonymous Anonymous Says:

    sandale ilang ra :)

  12. Anonymous Anonymous Says:

    wah kalo itu mah emang satiu-satunya masjid di surabaya yangt pernah saya sholatin...lha wong dulu KaPenya di ITS...
    salam kenal mas..

  13. Anonymous Anonymous Says:

    Kalau kata sesepuh...gitu aja kok repot ( bingung-red).
    Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau dia tidak merubahnya...
    artine: semisal anda tukang jual krupuk di garis sama Allah untuk cuman dapet makan sama nasi aja..kita nggak pernah tahu itu kan .. kitanya kerja giat terus menerus cari duit dengan harapan nanti bisa makan pakailauk ikan ( berusaha untuk mengubah nasib )...ternyata langganan sepi jadinya kita tetep makan nasi aja hari ini....tetapi kita nggak lelah berusaha sehingga suatu hari tercapai kita makan nasi sama lauk ikan
    Tuhan itu ngangur???
    wong orang atheis aja masih bisa makan kok