belajar fotografi: etika fotografi
selain sangu henfon dan dompet (kosong), saya juga sering ngantongi kamera poket kalo ada kesempatan pelesir kemana-mana tempat (halah bahasane). kadang kalo beruntung dapet gambar menarik di jalanan. tapi sering kali saya cuman bisa liat, tapi nggak berani ngeluarin kamera. pertimbangannya: "boleh nggak ngambil gambar itu?"
ada cerita jamaah haji ditangkep laskar arab dan disita kameranya gara2 motret di dalem masjidil haram. haha kalo ini jelas, pelanggaran. contoh kasus lainnya: fotografer nggak berani ngambil gambar di dalem mall. memang peraturannya agak blur dan kebijakan masing2 pengelola mall bisa beda, tapi biasanya memang ditegur satpam kalo nekat motret :D
di jalanan, saya nggak pernah tertarik motret orang2 homeless. rasanya nggak enak aja mengeksploitasi mereka sbg obyek fotografi. tapi giliran nyoba motret polantas saya malah dipelototi hihihi :D
nggak tau kenapa sejak dulu saya nggak pernah bisa klik sama polantas :p
nah contoh yg menarik ada di matanesia.com: penumpang (personal project). sependek pengamatan saya, foto2 macem gini akan keliatan lebih natural kalo langsung jepret aja. kalo pake permisi basa basi dulu, bisa jadi penumpang itu malah jadi kaku di depan lensa. ato lebih parah, berpose :p
jadi baiknya gimana? apakah fotografer boleh langsung tembak? ato harus minta ijin dulu? ato bisa jepret dulu baru minta ijin kemudian? ato perlu bersosialisasi dulu supaya penumpang bersedia dan merasa nyaman diambil gambarnya?
nah, untuk ini mamuk ismuntoro bersedia share pengetahuan plus beberapa tips buat pemula. yg di bawah ini jawaban dari mamuk ismuntoro. makasih banyak mas mamuk :)
1. Etika mengambil gambar/foto di ruang publik berbeda-beda di tiap kawasan, tempat atau negara. Sebagai gambaran, kita (di Indonesia) bisa dengan nyaman memotret anak-anak di pinggiran kampung atau dimana saja saat mereka bermain. Tapi jgn harap bisa semudah ini di Australia, mereka punya undang-undang yg tegas tentang perlindungan anak, maka memotret mereka lagi bermain sekalipun, tanpa ijin orang tuanya akan membawa kita ke panjara. Dianggap eksploitasi anak he..he..he..gawat kan?
2. Lalu bagaimana di negara kita? Seperti aku bilang td, kita relatif mudah untuk mendekati, meminta ijin dan memotret. Bahkan sebagian masyarakat kita cuek dan senang saja saat diambil gambarnya, dalam jarak dekat sekalipun. Contoh, di Busway -jakarta, aku memotret pakai HP, sangat dekat dengan obyek, gak ada masalah sementara ini he.he.)
3. Lantas etikanya gimana? Sebaiknya, dimanapun kita mau motret, apalagi obyeknya adalah manusia, mintalah ijin dahulu, dekati dengan ramah, buat mereka dalam kondisi nyaman dan tidak asing dg kita (fotografer). 90 persen orang akan dg senang hati menerima kedatangan kita saat diajak bicara dahulu, pahami kondisi mereka, apalagi mereka kita ajak bicara ttg dirinya, pasti suka. Nah, baru kita sampaikan maksud kita.
Namun untuk beberapa kondisi, fotojurnalis (spt saya) boleh saja mengambil gambar langsung (seperti penumpang angkot itu) untuk mendapatkan momen yg natural seperti km bilang. Tapi jgn lupa bicarakan maksud kita usai motret. Ini yg aku lakukan, menyapa beberapa penumpang itu, seperti tanya nama, umur, pekerjaan keluarga, sampai hal remeh-temeh lainnya. Dan ketika mereka tanya buat apa foto?, katakan dg benar apa adanya. Misal untuk sekedar belajar, atau kepentingan pemberitaan yang baik. Jika mereka paham kita lega, namun jika mereka keberatan, jgn coba-coba mempublish secara umum.
Selain tidak menghormati privacy, mereka juga bisa menuntut kita kok.
4. Perkantoran dan mall sering dianggap sebagai ruang publik. Padahal tidak, mereka ibarat pemilik rumah dan halamannya. Apalagi jika disetiap sudut ruang mall ada larangan memotret. Kita tdk boleh seenaknya ambil foto. Meski tidak semua mall dg jelas mengumumkannya. Namun, etika jurnalistik membolehkan kita memotret rumah seseorang, kantor atau mall jika mereka terlibat dalam sebuah kasus yang layak dan berhak untuk diketahui publik. Misal layak dan berhak itu, jika sebuah institusi/orang punya masalah yg dampaknya merugikan banyak orang, katakanlah mall yg punya masalah dengan sistem pengolahan limbah yang mencemari kampung sekitarnya. Kita dibolehkan mengambil gambarnya, atas kepentingan publik.
Tips memotret orang:
1. Permisi, minta ijin (kalau perlu jgn perlihatkan dahulu kamera kita)
2. Ajak bicara apa saja sebelum memotret, bisa jadi akan ada inspirasi banyak saat kita bicara dahulu dengannya.
3. Sampaikan maksud anda saat mau memotret
4. Tunjukkan hasil foto saat itu (jika pake digital), untuk membuat mereka nyaman dan yakin dg kita.
5. Catat kontak mereka, HP, alamat rumah dsb. Suatu saat kita dg mudah akan menemukan mereka jika ada cerita yg relevan dg project foto kita kelak.
6. Sampaikan terima kasih dan memohon maaf jika telah membuat mereka terganggu.
catatan: jika setelah kita ajak bicara mereka menolak difoto, jelaskan kalau ini untuk berita yg baik atau foto yg baik. Jika tetap menolak, hormati mereka, masih banyak obyek foto lain.
ada cerita jamaah haji ditangkep laskar arab dan disita kameranya gara2 motret di dalem masjidil haram. haha kalo ini jelas, pelanggaran. contoh kasus lainnya: fotografer nggak berani ngambil gambar di dalem mall. memang peraturannya agak blur dan kebijakan masing2 pengelola mall bisa beda, tapi biasanya memang ditegur satpam kalo nekat motret :D
di jalanan, saya nggak pernah tertarik motret orang2 homeless. rasanya nggak enak aja mengeksploitasi mereka sbg obyek fotografi. tapi giliran nyoba motret polantas saya malah dipelototi hihihi :D
nggak tau kenapa sejak dulu saya nggak pernah bisa klik sama polantas :p
nah contoh yg menarik ada di matanesia.com: penumpang (personal project). sependek pengamatan saya, foto2 macem gini akan keliatan lebih natural kalo langsung jepret aja. kalo pake permisi basa basi dulu, bisa jadi penumpang itu malah jadi kaku di depan lensa. ato lebih parah, berpose :p
jadi baiknya gimana? apakah fotografer boleh langsung tembak? ato harus minta ijin dulu? ato bisa jepret dulu baru minta ijin kemudian? ato perlu bersosialisasi dulu supaya penumpang bersedia dan merasa nyaman diambil gambarnya?
nah, untuk ini mamuk ismuntoro bersedia share pengetahuan plus beberapa tips buat pemula. yg di bawah ini jawaban dari mamuk ismuntoro. makasih banyak mas mamuk :)
1. Etika mengambil gambar/foto di ruang publik berbeda-beda di tiap kawasan, tempat atau negara. Sebagai gambaran, kita (di Indonesia) bisa dengan nyaman memotret anak-anak di pinggiran kampung atau dimana saja saat mereka bermain. Tapi jgn harap bisa semudah ini di Australia, mereka punya undang-undang yg tegas tentang perlindungan anak, maka memotret mereka lagi bermain sekalipun, tanpa ijin orang tuanya akan membawa kita ke panjara. Dianggap eksploitasi anak he..he..he..gawat kan?
2. Lalu bagaimana di negara kita? Seperti aku bilang td, kita relatif mudah untuk mendekati, meminta ijin dan memotret. Bahkan sebagian masyarakat kita cuek dan senang saja saat diambil gambarnya, dalam jarak dekat sekalipun. Contoh, di Busway -jakarta, aku memotret pakai HP, sangat dekat dengan obyek, gak ada masalah sementara ini he.he.)
3. Lantas etikanya gimana? Sebaiknya, dimanapun kita mau motret, apalagi obyeknya adalah manusia, mintalah ijin dahulu, dekati dengan ramah, buat mereka dalam kondisi nyaman dan tidak asing dg kita (fotografer). 90 persen orang akan dg senang hati menerima kedatangan kita saat diajak bicara dahulu, pahami kondisi mereka, apalagi mereka kita ajak bicara ttg dirinya, pasti suka. Nah, baru kita sampaikan maksud kita.
Namun untuk beberapa kondisi, fotojurnalis (spt saya) boleh saja mengambil gambar langsung (seperti penumpang angkot itu) untuk mendapatkan momen yg natural seperti km bilang. Tapi jgn lupa bicarakan maksud kita usai motret. Ini yg aku lakukan, menyapa beberapa penumpang itu, seperti tanya nama, umur, pekerjaan keluarga, sampai hal remeh-temeh lainnya. Dan ketika mereka tanya buat apa foto?, katakan dg benar apa adanya. Misal untuk sekedar belajar, atau kepentingan pemberitaan yang baik. Jika mereka paham kita lega, namun jika mereka keberatan, jgn coba-coba mempublish secara umum.
Selain tidak menghormati privacy, mereka juga bisa menuntut kita kok.
4. Perkantoran dan mall sering dianggap sebagai ruang publik. Padahal tidak, mereka ibarat pemilik rumah dan halamannya. Apalagi jika disetiap sudut ruang mall ada larangan memotret. Kita tdk boleh seenaknya ambil foto. Meski tidak semua mall dg jelas mengumumkannya. Namun, etika jurnalistik membolehkan kita memotret rumah seseorang, kantor atau mall jika mereka terlibat dalam sebuah kasus yang layak dan berhak untuk diketahui publik. Misal layak dan berhak itu, jika sebuah institusi/orang punya masalah yg dampaknya merugikan banyak orang, katakanlah mall yg punya masalah dengan sistem pengolahan limbah yang mencemari kampung sekitarnya. Kita dibolehkan mengambil gambarnya, atas kepentingan publik.
Tips memotret orang:
1. Permisi, minta ijin (kalau perlu jgn perlihatkan dahulu kamera kita)
2. Ajak bicara apa saja sebelum memotret, bisa jadi akan ada inspirasi banyak saat kita bicara dahulu dengannya.
3. Sampaikan maksud anda saat mau memotret
4. Tunjukkan hasil foto saat itu (jika pake digital), untuk membuat mereka nyaman dan yakin dg kita.
5. Catat kontak mereka, HP, alamat rumah dsb. Suatu saat kita dg mudah akan menemukan mereka jika ada cerita yg relevan dg project foto kita kelak.
6. Sampaikan terima kasih dan memohon maaf jika telah membuat mereka terganggu.
catatan: jika setelah kita ajak bicara mereka menolak difoto, jelaskan kalau ini untuk berita yg baik atau foto yg baik. Jika tetap menolak, hormati mereka, masih banyak obyek foto lain.
Saturday, June 23, 2007 9:07:00 AM
halah..
difoto kok gak mau? sini-sini.. foto saya saja.. :D
eh, kalo motret makanan itu ada etikanya ndak, cak?
Saturday, June 23, 2007 10:43:00 AM
Eh ada lagi gaya khas-nya Mamuk kalau lagi ambil foto. "Dia ngga suka kalau obyeknya natap kamera" Cara mensiasati-nya biasa Mamuk jeprat-jepret ke obyek lain, atau pura-pura test foto..tapi itulah sebenarnya gambar diharapkan. *Duh mbulett ya njelasinnya.
Saturday, June 23, 2007 10:48:00 AM
Kais tips2 buat foto makanan (beserta restonya) dong.. ada etika2nya juga ga ? Selama ini sih gw asal foto aja, logikanya kan kalo makanan yg kita beli otomatis jadi hak milik kita gt.. (bener ga sih?)
Saturday, June 23, 2007 11:55:00 AM
gw pernah loh moto narasumber pas lagi wawancara.. yang ada malah minta nambah poto lagi, trus minta potonya di kirimin ke emailnya dia...halaaaahh
Saturday, June 23, 2007 7:37:00 PM
bete kalo dilarang foto di mal dan tempat2 spt itu.
sementara bule di tempat yang sama koq gak dilarang..? diskriminasi kah?
trus yang jeprat-jepret pake hp juga sptnya sah-sah aja. padahal hp skrg kan udah canggih2..
mmm..aturannya yang aneh ya..?!?!
Saturday, June 23, 2007 10:39:00 PM
foto cempluk aja mas...ntar dijamin fotogenik..hahahaha..
*kabur*
Sunday, June 24, 2007 5:16:00 AM
Lho pas moto aku, kok malah dikongkongkon ndelok kamera Mi? (heheh jelas ae wong dinggo id card)
Sunday, June 24, 2007 7:24:00 AM
aku tu malah paling suka jeprat-jepret di mall, terutama di unit makanannya. juga suka memfoto baju buat dibajak modelnya dan ditunjukin sama tukang jahit :D tapi ya pake hape :D kalo ditegur, tinggal bilang aja lagi sms-an *garing*
kalo motret makanan di warung/resto, biasanya sih gak bilang dulu. paling diliatin dan ditanya: orang mana sih, mbak? datang dari jauh, ya?
Sunday, June 24, 2007 7:29:00 AM
wah bagus juga tips-nya...
Bahkan sebagian masyarakat kita cuek dan senang saja saat diambil gambarnya, dalam jarak dekat sekalipun.
mungkin karena narsis? *halah.. hehehe..
Sunday, June 24, 2007 10:03:00 AM
belajar moto candid dong :P
atau belajar sama Paman Tyo yang pinter nyuri-nyuri ambil gambar. Satu syarat laen, jangan pake flash light :D
Sunday, June 24, 2007 12:22:00 PM
wah, selama ini sih, kalo mau motret...tinggal keluarkan kamera dari tas, jepret..simpen lagi...
ga peduli urusan etika2an..lha wong di Indonesia ini..
sebelum motret, yg kepikiran cuma 1...daerah situ aman ga buat motret? takutnya habis motret, ada yg malakin...ngambil kamera,hihiih..
Sunday, June 24, 2007 7:51:00 PM
iya bener..
masih banyak objek fotolain..
motoin saya misalnya....?!
heuheuheu xD
btw, aku suka sama cowo yg suka fotografi..
huhuhuuwww *muka merona x)*
Sunday, June 24, 2007 9:23:00 PM
whaaa.... keren nih, gw bookmark ya mi!
gw beberapa kali disamperin security suka ngawoor kalo jepret :P tapi udah biasa, paling say sorry doang, soalnya gak tahan liat momen bagus
Monday, June 25, 2007 7:31:00 AM
pakai lensa tele biar nggak ketahuan. Tamron 70-300 mm kayaknya udah cukup tuh :P
Monday, June 25, 2007 7:53:00 AM
lho Mi, kmren kok gak dateng di workshop-nya SDF. lali yo :D
Monday, June 25, 2007 12:02:00 PM
soal anak jalanan yang sedang tidur? saya berkali-kali liat objek "bagus" kayak gitu, rada bingung juga.
Monday, June 25, 2007 12:42:00 PM
aduh pengen banget belajar fotografi :D
Monday, June 25, 2007 4:04:00 PM
whew..
nice tips
Monday, June 25, 2007 5:25:00 PM
beda tempat beda tradisi. Di tempat publik saya biasa asal jepret, kecuali di tempat yang dilarang (ada tanda, sekuriti menuding-nuding >klo ini sih sering)
Tuesday, June 26, 2007 6:59:00 AM
brarti paparazzi ituh..???
Tuesday, June 26, 2007 12:54:00 PM
haduhhh padahal gue bercita2 moto snap shot lho... kalo gitu abis moto langsung kenalan yaa... hhmmm kalo gitu cari korban snap shot-nya yg ganteng aja, hehehehe :D
Tuesday, June 26, 2007 7:44:00 PM
Wah, klo saya jarang moto orang full, paling2 cuman bagian tertentu saja, seperti kaki :D *inget postingan saya kemarin?* ato kalo enggak ya objek2 yang menarik dan "aneh"
Thursday, June 28, 2007 2:10:00 PM
aku sepaham ama si Mina...
btw, artikel ini nagus.eh bagus..
oia, ttg sabtu, asal ibuk melok, aku yo melok sisan. nunut mobile de'e soale.
Friday, May 30, 2008 12:04:00 PM
thx postingannya, brguna bgt :mrgreen:
Thursday, February 19, 2009 12:19:00 PM
mungkin saya sepertinya membiasakan untuk melakukan seperti street fotografi... jepret saja.dan sepertinya nggak perlu ijin untuk beberapa hal kecil...
dan untuk mendapatkan sebuah foto yg natural...
tapi untuk menggunakan poket kamera, saran aja. yg kecil atw yg pny zoom lumayan...
Tuesday, April 28, 2009 3:07:00 AM
Wah gag boleh jeprat jepret sembarangan dunk.....
Ayo belajar fotografi...
http://hobykufoto.blogspot.com/
Monday, June 14, 2010 6:24:00 PM
ternyata ribet juga yah?
gak boleh asal-asal... hahhaha..
padahal selama ini jepret aja suka2,.,
https://melyanao06.student.ipb.ac.id
Monday, June 14, 2010 6:26:00 PM
wahhhh,., nice info,., makasih yah buat tipsnya..