<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d7109511\x26blogName\x3dmimimama+wawawa...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://mimimama.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://mimimama.blogspot.com/\x26vt\x3d-5074708033921183677', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Fw: All Photographers Now!

Tuesday, February 27, 2007 by Eddy Fahmi

---------- Forwarded message ----------
From: Musée de l'Elysée
Date: Feb 27, 2007 12:42 AM
Subject: All Photographers Now! - Your photo has been displayed!
To: Fahmi

Dear Photographer,

Your image was shown in the Musee de l'Elysee's exhibit 'We are all photographers now!' in the last few days. Enclosed you will find an installation view of your image that shows it in the wall... dst dst dst...




hehe, tadinya dapet link pameran ini dari blogombalnya paman tyo. trus iseng2 kirim satu foto kesana (versi hi-res dari foto ini). eh pagi ini nerima imel notifikasi dari pihak museum kalo foto itu ikut "tampil" :p heheheee ternyata betulan mereka kulakan segala foto dari amateur photographers from around the world. masak toh ya foto macem gitu aja katut tampil? opo nggak justru jadi polusi pemandangan? :p saya nggak tau si paman ikut ngirim berapa foto kesana, tapi mestinya banyak jepretan paman yg jauh lebih bermutu dan lebih layak dipamerkan disono hehehehhh...

buat yg lain, pameran fotonya masih sampek 20 maret, masih bisa ikut submit foto kesana, have fun :)



*) more pics on my flickr.

Labels:




perfume: the story of a murderer

Wednesday, February 21, 2007 by Eddy Fahmi

perfume: the story of a murderer (isbn: 979-3972-05-x). lewat buku ini patrick suskind cerita tentang jean-baptiste grenouille dg seting perancis kuno sekitar abad ke-18. grenouille lahir dg kondisi menarik: nggak punya bau badan, tapi dikasih kelebihan indra penciuman super sensitif.

grenouille ini tipe orang yg low profile, penyendiri, nggak punya emosi, nggak kenal cinta, saiko, tapi jenius. karakter paling dekat yg mungkin bisa dibandingkan = hannibal lechter. masa muda grenouille dilewati dg mengamati macem2 aroma di sekitarnya, terus semuanya itu dikategorikan rapi dlm bank aroma di memori. dari kekayaan ensiklopedi aroma di otaknya itu grenouille mampu menguraikan unsur2 penyusun suatu parfum tanpa perlu tau formula aslinya. fyi: waktu itu belom ada alkemis yg merumuskan macem2 formula rantai karbon aromatik (cmiiw).

nah suatu hari, grenouille nyium aroma yg 'nggak biasa'. aroma perawan. aroma ini sangat tipis, nggak bisa tercium oleh hidung normal, tapi cukup bikin grenouille tergila2. sehingga muncul ambisi bikin the ultimate perfume dg aroma perawan itu. (catetan: nggak disebutkan di buku, tapi dugaan saya aroma yg dibahas ini adalah feromon. padahal fermomon itu kan nggak berbau ya).

berburu ilmu perfumery, grenouille ketemu giuseppe baldini di paris, seniman parfum besar perancis. dari baldini ini grenouille belajar bikin parfum dg cara yg bener. di dalem lab baldini juga dia belajar metode penyulingan untuk ngambil essence aroma dari macem2 bunga.

tapi ilmu dari baldini nggak cukup, grenouille melanjutkan studinya ke selatan, ke grasse. disini dia dapet ilmu lain: ngambil essence aroma pake metode lemak. terus suatu hari dia ketemu lagi aroma perawan itu, jadi semakin tergila2.

lalu gimana grenouille bisa mendapatkan essence aroma perawan itu untuk bahan parfumnya? terpaksa harus membunuh (ha!). lanjutannya gimana baca sendiri ae bukunya, dijamin seru laaah...

buku ini memang pantes jadi best seller internasional, sejauh ini sudah terjual 15 juta copy. itu memang karena kualitas tulisan suskind luar biasa. orang bisa mengenali aroma parfum, tapi untuk mendeskripsikan secara tulisan itu bukan kerjaan simple. lebih hebat lagi suskind mampu mancing orang untuk berfantasi seperti apa aroma yg dibahas.

tahun 2006 kemaren juga sudah dibikin filemnya. tapi sayang nggak beredar di jaringan 21, berita/publikasinya juga nggak pernah kedengeran di indonesia, bahkan di malaysia filem ini diban. bikin tambah penasaran pingin liat kayak gimana filemnya, pingin tau seperti apa director menampilkan 'aroma' sebagai 'gambar', pastinya menarik ya. ada yg sudah punya vcd/dvd-nya? pinjem :D

anyway, kalo kamu cari sesuatu yg original, sesuatu yg nggak biasa, spesial, boleh baca buku ini. saya pribadi ngasih rating = 5 bintang!

Credits: thx 2 bee untuk pinjeman bukunya :)

Labels:




belajar yg rajin, biar pinter

Friday, February 16, 2007 by Eddy Fahmi

belajar yg rajin, biar pinter! supaya nanti punya skill ciamik, supaya punya nilai jual mahal. gitu pegangan buat mereka yg sedang belajar. tapi saya pernah ngamati beberapa sample di lapangan, justru setelah mereka tamat belajar, sudah pro, bisa jadi malah jatuh harganya. kenapa?

karena yg pro lebih sakti, bisa mberesi kerjaan jauh lebih cepet daripada yg amatir. lha karena butuh lebih sedikit waktu, lebih sedikit resource, bisa jadi klien menghargai lebih murah pula jasanya. hehe bandingkan dg amatir yg makan banyak waktu cuman buat ruwet mbaca manual :p di mata klien yg awam urusan teknis, si amatir itu keliatan lebih giat kerjanya, lebih serius, sampek lembur2 segala.

orang2 pro juga terbiasa kerja lebih simple, mbagi project gede jadi modul2 kecil sederhana. sehingga modul2 itu bisa didistribusikan ke beberapa asisten (kalo ada). sekali lagi, di mata klien yg awam teknis = oh cuman gitu aja toh? mahal amat :p

sebaliknya yg amatir justru kebingungan memanage project kalo terpecah2 berantakan gitu, si amatir merasa lebih aman kalo bisa mempertahankan projectnya jadi single modul, dipegang sendiri. orang lain ato asisten = cuman ngerusuhi tok, bikin bingung. sehingga di mata klien justru keliatan gini: pasti project itu rumit, cuman dia sendiri yg paham, asisten2nya nggak ada yg ngerti tuh. hebat.

jadi, mungkin ada baiknya klien nggak perlu tau gimana kita kerja, tolak tawaran untuk kerja di kantor klien. ambil material yg diperlukan, dan selebihnya dikerjakan di markas sendiri saja. gitu lebih safe. lha wong tukang servis elektronik aja punya workshop tertutup di ruang belakang, iya? pelanggan nggak tau kenapa tivinya mati. pada si pemilik tivi, tukang servis bilang "kayaknya ini tabung katodanya nggak nerima cukup power dari adaptor pak. coba nanti kita periksa dulu ya, mungkin butuh waktu 3-4 hari untuk reparasinya pak". tapi pada teknisi di belakang dia bilang "kabel powere kurang mancep" :p

anyway, maksud saya: ada beberapa ilmu nggak bisa dipelajari di sekolahan. kalo sudah sakti secara teknis, nggak usah takabur. masih banyak ilmu inter-personal yg perlu dipelajari biar nggak keliatan 'murah' di mata klien, dan biar nggak dibodoi klien hehe.

Labels:




someday i'll wish upon a star

Saturday, February 10, 2007 by Eddy Fahmi

and wake up where the clouds are far behind me
where troubles melt like lemon drops
away above the chimney tops
that's where you'll find me
somewhere over the rainbow
blue birds fly
birds fly over the rainbow
why then, oh why can't i?



powered by ODEO

Labels: ,




double standard?

Monday, February 05, 2007 by Eddy Fahmi

hari minggu kemaren pas ketemu temen, dia cerita kalo abis repot semingguan kemaren. repot ngurus surat2 rumah buat dipake jaminan minjem duit ke bank. ceritanya si temen ini lagi butuh duit gede buat modal dia start usaha.

ngurus sertifikat rumah (di surabaya) itu memang ruwet, tapi bukan itu yg menarik. pas ngobrol itu temen saya sempat ngasih tips (sapa tau suatu saat nanti perlu minjem duit ke bank), dia bilang = jangan bilang butuh duit untuk usaha/bisnis, ngaku mau renovasi rumah or something gitu deh. terus jumlahnya di-mark-up (hwah, republik indonesia sekali!). nah dari situ nanti ambil sebagian untuk renovasi rumah betulan (biar nggak nipu2 banget), selebihnya buat modal bisnis.

kenapa mesti gitu? karena pinjaman produktif macem modal bisnis gitu nanti dikenakan bunga lebih gede oleh bank. bunganya lebih kecil kalo pinjeman duit digunakan untuk kebutuhan konsumtif, mbangun rumah lebih megah misalnya.

ini jelas nggak sehat.

saya masih belom bisa nangkep kenapa bank memberlakukan double standard macem gitu ya? toh sama2 pinjem duit, sama2 ada surat berharga sbg jaminan. kredibilitas dan kemampuan pemimjam untuk mbayar cicilan hutang juga sama2 disurvey detail.

coba2 ngambil sudut pandang pihak bank, kira2 gini kali ya: kredit konsumtif itu = pinjaman biasa, dikenakan bunga biasa. tapi kalo kredit produktif, bisa jadi si peminjam kemudian jadi lebih kaya dg tambahan modal tsb. dari sini mungkin pihak bank nggak mau terkesan nolong orang gitu aja, it's business, bank juga pingin katut kaya, pingin kecipratan pisan. jadi dasarnya memang sifat tamak aja. ato ada sesuatu yg saya kelewatan? cmiiw.

eh sebenernya ada fenomena yg mirip gitu juga dlm transaksi kartu kredit. secara default, pemegang kartu sudah dikenakan iuran tahunan untuk penggunaan jasa kartu itu, selain itu juga dikenakan bunga kalo tagihannya nggak segera dilunasi awal bulan depan.

plus, beberapa merchant masih nambah lagi charge 3,5 persen dari nilai transaksi. tapi ini nggak berlaku di semua merchant. dari sedikit pengamatan di lapangan, biasanya toko2 elektronik dan emas2an yg nambah 3,5 persen. kenapa kalo belanja di hero ato matahari nggak kena tambahan 3,5 persen?

anyway, balik ke cerita teman saya tadi. karena dia sudah terlanjur jalan dg rencananya, ya saya biarkan aja. moga2 nanti ada yg bisa dipelajari dari pengalamannya. tapi dalem hati saya pingin ngusulkan untuk coba ke lembaga pembiayaan syariah aja, yg pake aturan main bagi hasil.

bukannya sok alim, tapi riset pasar memang menunjukkan kalo aturan main syariah itu lebih sehat. dlm buku syariah marketingnya hermawan kartajaya dan muhammad syakir sula tersebut bahwa kasus non performing loan di lembaga keuangan syariah tidak lebih dari 2,3%. bandingkan dg di bank konvensional yg tidak kurang dari 5% (bahkan untuk beberapa bank diatas 8%).

pah, whatever... :p

Labels: , ,




moonlighting

Sunday, February 04, 2007 by Eddy Fahmi



there is the sun and moon
facing their old sweet tune
watch them when dawn is due
sharing one space

some walk by night
some fly by day
something is sweeter
'cause we met 'long the way

we'll walk the night
we'll fly by day
moonlighting strangers
who just met on the way

who just met on the way

Labels: ,




about

forza ferrari!
mimimama, male, surabaya, addicted to velocity, extreme sports, and adrenaline pumping activities, more...

shoutbox

recent comments

recent posts

archives

search

merdeka.or.id

fenty's blogs

friends' blogs

more blogs

stickers